Senin, 21 Maret 2011

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI MALARIA
Kasus malaria di suatu daerah atau tempat adalah salah satu indikator biologis malaria. Ada kasus, berarti ada orang dengan infeksi parasit malaria, Plasmodium, salah satu spesies atau campuran (mixed). Ada kasus malaria berarti ada nyamuk vektornya,  Anopheles sp., spesiesnya apa perlu diteliti / dibuktikan adanya dan kepadatannya, dsb.
Adanya vektor yang positif sporozoit (dengan pembedahan kelenjar liur atau reaksi imunologis) menunjukkan bahwa lingkungan setempat cocok untuk kelangsungan hidup vektor, umur vektor cukup panjang untuk mendukung dilampauinya masa inkubasi ekstrinsik Plasmodium dalam nyamuk vektor, yang berarti pula kelembaban dan suhu udara optimal untuk nyamuk dan parasit malaria.
Jika di suatu wilayah ditemukan beberapa kasus malaria dalam rentang waktu bersaamaan maka perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
  1. Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya dalam darah diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit;
  2. Penduduk daerah endemik diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan kelambu berinsektisida.
  3. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen lingkungan, atau secara terpadu.
  4. Lingkungan dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor – vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.
Jika ternyata kasus tersebut bukan KLB maka dapat tindakan yang dapat dilakukan adalah pemberian penyuluhan dan pemberian kelambu berinsektisida.
Sumber :
Anonim. 2010. Malaria. http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria diakses tanggal 11 November 2010
Nurmaini. 2004. Survei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3689/1/fkm-nurmaini5.pdf diakses tanggal 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI TB PARU
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Apabila dalam penyelidikan di suaqta wilayah ditemukan adanya gejala TB Paru (Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, Batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan). Apabila terdapat gejala di atas terhadap beberapa orang di suatu cakupan wilayah tertentu maka perlu diadakan penanganan lanjutan:
  1. Pemerikasaan penderita dan pemberian obat
Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.
  1. Pemberian pengetahuan mengenai TB Paru kepada para penderita sehingga mereka lebih dapat menjaga diri mereka dan mengurangi angka penularan TB Paru.
  2. Tindakan pencegahan yaitu pemberian imunisasi BCG pada bayi, selain itu pada kasus saat ini dapat juga pencegahannya berupa penggunaan masker untuk mengurangi tingkat penularan dari penderita ke populasi di sekitarnya.
Sumber:
Asriel. 2010. Manfaat Imunisasi BCG dalam Pencegahan TB Paru. http://azriel-batigol.blogspot.com/2010/04/manfaat-imunisasi-bcg-dalam-pencegahan.html diakses tanggal 11 November 2010
Tampubolon, Ganda E. M. 1994. Situasi Epidemiologi Tubercolosis Paru. http://members.fortunecity.com/bheru/referat/0012/gand1000.htm diakses tanggal 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI CAMPAK
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, , yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 – 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Dalam suatu kasus apabila ditemukan:
  • Adanya 5 atau lebih kasus tersangka campak dalam waktu 4 minggu berturut – turut mengelompok dan mempunyai hubungan epidemiologis satu sama lain.
  • Apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.
Maka dapat dipastikan bahwa daerah tersebut adalah lingkup KLB Campak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi KLB campak adalah:
  1. Penderita campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
    penyakitnya kepada yang lain.
  2. Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena penderita campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
  3. Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.
  4. Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
Strategi reduksi campak dapat berupa :
  1. Imunisasi rutin pada bayi 9-11 bulan (UCI desa > 80%)
  2. Imunisasi tambahan (suplemen)
  3. Pemahaman pengetahuan mengenai campak kepada masyarakat
Sumber:
Anonim. 2007. Reduksi Campak. http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/ pdf/pedoman/pedoman%20pencegahan%20klb%20campak.pdf diakses tanggal 11 November 2010
Luchan. 2008. Campak Jerman. http://keluargasehat.wordpress.com/2008/09/06/campak-jerman/ diakses tanggal 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEMATIAN IBU
Penyelidikan epidemiologi kematian ibu dapat dimulai dengan pengambilan data jumlah angka kematian ibu di suatu daerah. Dengan mengetahui jumlah kematian ibu di daerah tersebut maka dapat dilakukan tindakan pengurangan prosentase atau pencegahan agar angka kematian ibu berkurang, diantaranya adalah:
  1. Pemberian penyuluhan kepada para ibu agar dapat mengatur kehamilan mereka, dengan demikian resiko meninggal saat melahirkan dapat dikurangi.
  2. Selama masa kehamilan ibu harus mendapatkan asupan makanan yang baik, hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik pula.
  3. Perlunya keberanian ibu untuk mengambil keputusan, sehingga trias keterlambatan yang dapat meningkatkan kematian ibu dapat dihindarkan.
  4. Pelayanan kesehatan untuk persalinan harus memadahi.
  5. Bagi keluarga sendiri, diharapkan memberikan perhatian kepada ibu selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Sumber:
Roeshadi, R. Haryono. 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/721/1/Haryono.pdf diakses tanggal 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI LAHIR MATI/KEMATIAN BAYI
Kematian bayi di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asean. Dalam suatu pengamatan di suatu daerah jika terbukti bahwa angka kematian bai masih tinggi, maka perlu diadakan suatu pencegahan. Oleh karena itu perlu adanya penanganan untuk mengurangi tingginya angka kematian tersebut. Diantaranya adalah:
  1. Untuk para ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga kondisi bayi di dalam kandungan dapat diketahui dan apabila ada gangguan segera dapat diketahui.
  2. Untuk ibu yang mempunyai balita, dihimbau untuk membawa bayi atau balitanya ke Posyandu.
  3. Pemberian ASI ekslusif pada bayi dan balita dapat mengurangi angka kematian bayi.
  4. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak.
Sumber:
Anonim. 2007. Pernyataan UNICEF: ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia. http://www.kesrepro.info/?q=node/159 diakses tanggal 11 November 2010
RIRIN NURMANDHANI
E2A009042
FKM UNDIP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar